SMP Negeri 1 Grujugan, Sekolah Model dan Adiwiyata yang sejak 2013 melaksanakan kurikulum 2013. Dan kini juga melaksanakan kurikulum merdeka. Sekolah ini terletak di Jalan Bondowoso-Jember, Km. 8, Desa Taman, Kec. Grujugan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur 68261. Lokasi ini cukup strategis terletak di pinggir jalan raya Bondowoso-Jember sehingga memudahkan tranportasi bagi pejalan kaki, kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum dan mudah diakses atau dikenali oleh masyarakat Bondowoso dan lingkungan sekitarnya.

25 April 2011

BELUM APA-APA SUDAH BOCOR

Artikel sebelumnya: UJIAN NASIONAL 2011
Pernah-pernik penyelenggaraan, berbagai kesibukan telah digelar, tinggal nunggu ending pelaksanaannya. apa itu? Ya Ujian Nasional.
Dapat ditebak memang di negara kita tercinta, kalau ada event penting menyangkut nasib, bukan solusi benar yang dicari, tapi solusi pintar!
Terkait dengan itu, objeknya adalah soal. Dari tahun ke tahun penyelenggaraan ujian nasional ya itu-itu saja. Bocornya soal.
Apakah terbukti? Sebuah sindikasi sulit dibuktikan mungkin, karena berefek pada regulasi. Jika memang tlah bocor yang malu ya menejemen institusinya. Akan saling salah menyalahkan. Mulai dari sekolah penyelenggara sampai ke hulunya, Kemendiknas. Jauh hari Pak Menteri sudah siaran :"Tidak akan ada kebocoran tahun ini". Begitu yang terdengar. Alhasil? Jam 7.00 sebelum soal terbagi, sudah beredar jawaban lengkap tiap paket soal. Wah...hebat!
Boleh saja klaim tidak bocor, tapi darimana jawaban soal itu?
  1. Pesulap dikumpulkan dimenejeri oleh Om Dedy Colbuzier dkk termasuk Limbat. Tugasnya memprediksi jawaban tiap item soal.
  2. Ya telah bocor.
Seorang teman nyeletuk: Wah kali ini lebih bahaya ketimbang bocornya reaktor Fukhusima di Jepang atau lebih bahaya meledaknya reaktor nuklir di Cyernobil, Rusia.
Ya sudahlah...semoga ada hikmah dari semua ini. malu rasanya jika dapat coment miring dari institusi lain: guru sudah dinaikkan gajinya tiap tahun ditambah tunjangan sertifikasi kinerjanya kok malah mlorot ya?
Mari kita ciptakan budaya malu.

UJIAN NASIONAL 2011

Pemerintah melalui Kemendiknas tetap menjalankan Ujian Nasional sebagai "gong" akhir bagi siswa untuk mendapatkan predikat tamat dari sekolah menengah pertama. Setelah polemik hangat 1 tahun yang lalu tentang pro-kontra penyelenggaraannya, juga keabsahannya, akhirnya dengan 'nekad' dan memberi asesories berbagai indikator (nilai raport dan teknik penilaiannya) muncul dan positif dilselenggarakan ujian nasional.

Akibat yang muncul, paling tidak ada 2 hal disini:
  1. Bisa meningkatkan kualitas belajar siswa. Hal ini tentu beranggapan bahwa semakin rumit kriteria akan menimbulkan keseriusan penyelenggaraan di tingkat lembaga sekolah menengah.
  2. Sebaliknya, akan menjadi tidak teratur penyelenggaraannya karena ketidak siapan tingkat institusi sekolah menengah.
Memperhatikan akibat ke-1 di atas, mudah ditebak bahwa sekolah akan semakin serius mengurus proses belajar mengajar. Upaya instan banyak ditempuh oleh beberapa sekolah dengan menyiapkan secara dini melalui bimbel internal maupun eksternal. Orang tua juga terlihat report karena belum sepenuhnya paham tentang regulasinya. Baik memang, ada nilai positif berupa semakin ada greget untuk lebih serius mempersiapkan.
Namun, upaya negatif juga muncul. Bagaiamana jiga rerata nilai raport tidak mendukung? Nah ini dia, beberapa kasus yang terdengar juga ada upaya instan disitu. Yaitu dengan mengubah nilai raport dan buku induk. Lo?
Upaya instan lainnya, sekolah segera membentuk tim siluman untuk suksesi kelulusan, terutama menyongsong ujian nasional. Teknis diperhatikan, proses belajar diabaikan. Pendek kata: instant "banget"!

Sedangkan memperhatikan akibat ke-2, mungkin saja menimbulkan proses penyelenggaraan yang berbalik dari akibat 1: tidak serius! Mengapa? Banyak "bim salabimnya". Seperti apakah? Banyak ragam, mulai mengatur tempat duduk siswa, memahamkan tugas kepengawasan, memahamkan siswa untuk memperhatikan tipe soal dan lainnya.

Terkesanlah tidak in fokus, seharusnya siswa tenang di hari-hari akhir pelaksanaan ujian, justru disibukkan dengan upaya-upaya instan. Jelas hal ini jauh dari gambaran peningkatan kualitas pendidikan. Akan menjadikan kita semakin "pinter" mensiasati keadaan.
Akankah terus begini???

baca juga : BELUM APA-APA SUDAH BOCOR