SMP Negeri 1 Grujugan, Sekolah Model dan Adiwiyata yang sejak 2013 melaksanakan kurikulum 2013. Dan kini juga melaksanakan kurikulum merdeka. Sekolah ini terletak di Jalan Bondowoso-Jember, Km. 8, Desa Taman, Kec. Grujugan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur 68261. Lokasi ini cukup strategis terletak di pinggir jalan raya Bondowoso-Jember sehingga memudahkan tranportasi bagi pejalan kaki, kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum dan mudah diakses atau dikenali oleh masyarakat Bondowoso dan lingkungan sekitarnya.

8 November 2010

JER BASUKI MAWA BEA DAN SEKOLAH GRATIS

Suatu saat, saya ditanya oleh rekan dari Kabupaten Banyiwangi, "Tuk, Bondowoso dinobatkan sebagai Pilot Project pendidikan gratis ya?", begitu kata temanku, lalu aku jawab, "Oh...ya Kok tahu jenengan Pak?", dia menjawab, "Ya, kemarin saya lihat di TV, bahkan launcing sekolah gratis di hadiri oleh Gubernur kita", dia menjelaskan begitu. Bagi saya lumrah saja beliau bertanya demikian. Karena memang launcing sekolah gratis Propinsi Jawa Timur dilaksanakan di Bondowoso. Setelah dikaji lebih dalam lantas saya berfikir, ini sindiran, serius atau ungkapan kebanggaan. Positif thinking, akhirnya saya sampilkan itu merupakan kebanggaan. Sebab Bupati periode ini memang sedang meng-kebut akselerasi pendidikan di Bondowoso. Dengan harapan semua warga Bondowoso "melek" huruf semuanya.
SASARAN KUALITAS APA KUANTITAS?
Namun akhir-akhir ini saya harus tersenyum kecut bila mengingat pertanyaan teman saya itu, ternyata Bondowoso secara kualitas belum menampakkan signifikansi antara program dengan hasil. Apakah belum cukup waktunya? Saya rasa tidak, yang nampak hanya kuantitas saja. Bayangkan di Bondowoso kota kecil ditengah jurusan buntu ini memiliki 12 SMK kecil, menang jauh bila dibandingkan dengan Surabaya yang kota Madya hanya memiliki 2 SMK kecil. Kemudian pendidikan setingkat SMP/Mts mengalami boming luar biasa (tidak usah disebutkan ya..). Apa memang harus dengan pola demikian? Barangkali "ya". Logika sederhana menjelaskan "orang tidak akan bisa naik sepeda motor bila tidak ada sepeda motornya". Artinya anak tidak akan sekolah bila tidak ada sekolahnya. Sehingga memang bentuk nyata keberhasilan di bumi kita ini masih diukur dengan sekala kuantitas. Yang nampak dan terlihat. Selain mudah dilaksanakan juga menguntungkan bagi yang melaksanakan.
Lantas? Kaulitas ternyata tidak sebanding dengan boming pendirian sekolah. Tahun kemarin Bondowoso hasil perolehan UN tingkat SMP-SMA turun. Tentu pemangku kepentingan tidak harus merasa bersalah, sebab masih ada jawaban pengelak: Jawa Timur rata-rata turun! Bahkan Nasional juga turun!
Kesimpulannya, bahwa pendidikan adalah suatu proses panjang, namun ada tahapannya. Kalau konsisten maka program itu akan membuahkan hasil, kalau tidak? Tentu tidak akan berhasil. Hanya merupakan upaya temporer yang berhenti sampai dekade pembuat kebijakan berhenti menjabat. Maka proses itu harus jelas dan terkontrol. Tidak ada upaya merubah wajah tapi isinya mengecewakan.

GRATIS = MURAHAN
Analog sederhana berikut menuntun pemikiran kita: "Rasa sate di Warung Nikmat rasanya lebih nikmat, sedangkan rasa sate koleman hambar/tidak nikmat". Mengapa? Sate diwarung nikmat kita beli dengan harga yang pantas, sehingga "eman" kalau tidak dihabiskan, sedangkan sate di koleman gratisan, sehingga kadang tidak dihabiskan. Lantas seperti inikah pendidikan kita yang gratis? Saya membayangkan kita sekolah di
SMP dulu, waktu itu berbagai biaya pendidikan bukan main, ada SPP, Uang Gedung, Uang Seragam, Uang Kaos Olah Raga dll. Tapi dibayar dengan penuh kesadaran karena memang tidak ada yang diperoleh dengan gratisan untuk keberhasilan. Alhasil, luar biasa! Cerminan kualitas sangat relevan. Pokoknya Jer Basuki Mawa Bea sungguhan, artinya "Jika kita ingin keberhasilan memang harus keluar modal/bea".

SEKOLAH GRATIS TIDAK SESUAI DENGAN SEMBOYAN JAWA TIMUR!
Semboyan Pemprov Jawa Timur : JER BASUKI MAWA BEA, bila diterjemahkan, "Bila kita ingin keberhasilan maka harus dengan bea/usaha",  bea bisa diartikan material maupun imaterrial, bila diartikan material yang dimaksud adalah biaya berupa benda maupun nilai tukar lainnya (uang), sedangkan bila diartikan immaterial artinya semangat usaha, usaha keras, kegigihan, keuletan. Menengok pendidikan kita, memang beragam. Lihat sekolah yang berpredikat SBI (Sekolah Berstandar Nasional), adakah anaknya orang "melarat" sekolah di sana? Tentu bea disini maksudnya adalah biaya material. Tapi bila dilihat SMP pinggiran di kecamatan, guru BK harus hunting stiap hari bukan untuk membimbing siswa yang pintar, tapi 99% dicurahkan agar anak "mau" sekolah. Disini bea diartikan immaterial, namun juga salah! Mengapa seharusnya kalau bea=immaterial, siswa harus punya semangat yang tinggi untuk belajar. Karena sekolah sudah digratiskan. Trus? Mari kita lihat kedepan. Kerja yang baik dan jujur. Insya Allah amanah. Amiin!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Coment-nya: