Rewrite by P. Haqqi
Baru saja 10 Nopember kita lewati, banyak yang tidak tahu ada apa saat itu, bahkan ketika mengajar 90% murid tidak tahu kalau 10 Nopember adalah hari Pahlawan. Apalagi memaknainya. Blas!!!.
Peta nilai karakter membuat terkesima kita, bayangkan: jujur, demokratis, tanggungjawab, dan lainnya. Suatu nilai yang ideal! Melihat realita, andaikan Ki Hajar Dewantara masih hidup, beliau akan menangis tersedu!
Ing Ngarso Sung Tulodho, " Didepan memberikan contoh/teladan". Apa yang dapat diteladani dari guru? Datang kesekolah terlambat, jam mengajar molor dulu 10 menit/lebih, anak-anak disuruh mencatat alasan sibuk. Believe or not! (jangan marah rekan-rekan guru!).
Ing Madyo Mangun Karso, "Ditengah membangun semangat dan kreatifitas", Well! Ayo anak-anak jaga kebersihan kelas", lah....gurunya ngobrol tentang arisan dan lipstik yang dipakai. Ngajar tetap konvensional, materi tidak menguasai, tidak LKS diperdebatkan, disuruh membuat LKS banyak alasan! Maka jangan salahkan siswa begadang diluar kelas ketika jam pelajaran.
Tut Wuri Handayani, "Dibalakang memberikan dorongan", mungkin ini yang sukses. Sebab teman-teman saya selalu begini," Hai anak-anak belajar yang rajin!", "Jangan malas, mengerjakan PR!" Wkwkwkwk....... (tertawa itu). Weleh...weleh.... Kalau murid dilarang terlambat, mbokyo kita jangan terlambat!
PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK SIAPA?
Melihat integrasi dengan kurikulum tentu untuk siswa. Melihat realitas mestinya gurunya juga harus memiliki keteladanan karakter. Tentu tulisan ini dianggap ngawur bagi pembaca, baiklah saya menerima bila pembaca mengatakan ngawur! Saya tidak akan menulis bila tidak ngawur kok. Bila tulisan ini nngawur, berarti Anda tidak jujur. (BERSAMBUNG..... ada tamu nih...)
Baru saja 10 Nopember kita lewati, banyak yang tidak tahu ada apa saat itu, bahkan ketika mengajar 90% murid tidak tahu kalau 10 Nopember adalah hari Pahlawan. Apalagi memaknainya. Blas!!!.
Peta nilai karakter membuat terkesima kita, bayangkan: jujur, demokratis, tanggungjawab, dan lainnya. Suatu nilai yang ideal! Melihat realita, andaikan Ki Hajar Dewantara masih hidup, beliau akan menangis tersedu!
Ing Ngarso Sung Tulodho, " Didepan memberikan contoh/teladan". Apa yang dapat diteladani dari guru? Datang kesekolah terlambat, jam mengajar molor dulu 10 menit/lebih, anak-anak disuruh mencatat alasan sibuk. Believe or not! (jangan marah rekan-rekan guru!).
Ing Madyo Mangun Karso, "Ditengah membangun semangat dan kreatifitas", Well! Ayo anak-anak jaga kebersihan kelas", lah....gurunya ngobrol tentang arisan dan lipstik yang dipakai. Ngajar tetap konvensional, materi tidak menguasai, tidak LKS diperdebatkan, disuruh membuat LKS banyak alasan! Maka jangan salahkan siswa begadang diluar kelas ketika jam pelajaran.
Tut Wuri Handayani, "Dibalakang memberikan dorongan", mungkin ini yang sukses. Sebab teman-teman saya selalu begini," Hai anak-anak belajar yang rajin!", "Jangan malas, mengerjakan PR!" Wkwkwkwk....... (tertawa itu). Weleh...weleh.... Kalau murid dilarang terlambat, mbokyo kita jangan terlambat!
PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK SIAPA?
Melihat integrasi dengan kurikulum tentu untuk siswa. Melihat realitas mestinya gurunya juga harus memiliki keteladanan karakter. Tentu tulisan ini dianggap ngawur bagi pembaca, baiklah saya menerima bila pembaca mengatakan ngawur! Saya tidak akan menulis bila tidak ngawur kok. Bila tulisan ini nngawur, berarti Anda tidak jujur. (BERSAMBUNG..... ada tamu nih...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Coment-nya: