SMP Negeri 1 Grujugan, Sekolah Model dan Adiwiyata yang sejak 2013 melaksanakan kurikulum 2013. Dan kini juga melaksanakan kurikulum merdeka. Sekolah ini terletak di Jalan Bondowoso-Jember, Km. 8, Desa Taman, Kec. Grujugan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur 68261. Lokasi ini cukup strategis terletak di pinggir jalan raya Bondowoso-Jember sehingga memudahkan tranportasi bagi pejalan kaki, kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum dan mudah diakses atau dikenali oleh masyarakat Bondowoso dan lingkungan sekitarnya.

22 Juni 2011

ADA APA DENGAN PLPG?

Writed: Tuk Projodikoro, S.Pd

PLPG, Pendidikan dan Latihan Profesi Guru adalah program Kementerian Pendidikan Nasional yang bertujuan meningkatkan kualitas profesi Guru. Mengapa harus PLPG, sebenarnya merupakan upaya alternatif yang akhirnya dilegal-formalkan sebagai agenda tetap dan resmi pemerintah sebagai pengganti penyaringan melalui portofolio. Sebagai kegiatan resmi, tentu bukan main-main, diharapkan membawa hasil peningkatan profesionalitas melalui pendidikan dan latihan kilat tersebut.
Tentu kita sebagai pendidik tidak perlu resah apalagi gusar. Dengan berprinsip sengsara membawa nikmat tentu harus diterapkan, walau jargon tersebut adalah miring namun benar adanya. Karena sebagian kita memang menganggap kegiatan ini hanya langkah formalitas.
Ah...apa benar demikian?
Janganlah..kasihan pemerintah dan masyaallah...menyedihkan jika kita menganggap upaya ini hanya formalitas. Bagi saya kegiatan ini sangatlah berguna dan tidak mengada-ada. Simaklah kejadian di bawah ini:
  1. Tiga (3) hari pertama diisi dengan kegiatan teori di kelas...Biasa, ada yang bosan dan sebagainya. Karena layaknya anak kuliah. Namun banyak yang antusias dengan menggali pengetahuan sebanyak-banyaknya mumpung ada kesempatan seumur hidup 1 kali saja. Tiap sesi diakhiri dengan tanya jawab. Serba dinilai. Karena berbunyi pendidikan, maka implikasinya ada proses belajar disitu, sebagai proses belajar tentu harus ada perubahan. Makanya setiap proses dinilai oleh Dosen (Asessor). Bagi yang sering bertanya bernilai plus, demikian juga yang sering menjawab pertanyaan. Ada toleransi dari pengajar dengan membagi pertanyaan dan jawaban bergilir. Menurut saya (bukan idealis) inilah yang membuat kesan "gak sungguhan". Betapa tidak? Hanya memenuhi target memberi nilai, seorang assesor membagi pertanyaan dan jawaban pada peserta. Yang tidak bisa disuruh menjawab dengan membaca apa yang telah didisplay dengan LCD. hahahaaa....kaya' guyon ..gak lucu. Karena itu ada teman saya yang nyeletuk, "gak sungguhan ya Tuk...kaya' guyon". Nah....lo?
  2. Memasuki hari Workshop, ada peserta yang mulai gusar. Beberapa kejanggalan ditemui. Guru...oh...guru...Abdi negara calon pahlawan tanpa tanda jasa. Lo? Kok........Begini: ketika workshop menyusun perangkat pembelajaran, masyaalloh.....ada teman guru yang tidak bisa membuat RPP, apalagi harus mengembangkan silabus. Diam-diam saya tanya,"Pak...kenapa kesulitan?", dia menjawab:"Mas....sekian tahun jadi guru saya hanya beberapa kali membuat perangkat pembelajaran", jawabnya lirih. Nah....lo? Melihat kejadian ini rasanya memang perlu PLPG sebagai upaya peningkatan profesionalitas bahkan mutu guru. Bagaimana guru mengaku profesional? Kalau S1 dilalui dengan pendidikan instant, Kalau 3 tahun membuat perencanaan mengajar hanya 1 kali, Kalau mengajar sambil roko'an, Kalau mengajar diberi catatan dan ditinggal ngobrol, kalau...kalau...dan sekian banyak kalau.....
  3. Hari ke-5 ada yang jatuh dari tangga karena gugup, lebih dari 3 orang sudah mengundurkan diri karena sakit (moga cepet sembuh ya Alloh). Mengapa gugup? Shock terapi alamiah....melihat kampus Unej yang demikian luas. Semula di sekolah yang kecil, terpencil dan ....(hehehe....malu ah..) dihadapkan pada lingkungan baru yang demikian luas dan membawa misi profesional. Wajar Bapak-bapak yang pensiun kurang 1 tahu dan Ibu-ibu yang biasanya masak di rumah sambil mengajar jadi stressing. Terlebih melihat penginapan yang berjarak lumayan dari tempat kegiatan dan dikejar waktu karena Bus yang menjemput sudah datang. Nah...lo...mengapa kok begini Pak/Bu...Nah...lo...!!!
  4. Namanya workshop...harus ada kerja dan hasil. Dituntut harus ditulis tangan (alamak....) nggak sumbut dengan tujuan menkoninfo, jamannya era digital kok yo....kebangeten...! Wajar....karena Indonesiaku ini sudah membudaya "alon-alon waton klakon", "pingin urip enak ora gelem modal". Sehingga alasan Unej untuk menghindari shock teknologi, agar tidak terjadi copas (copy paste). Benar sih....tapi sebagai lingkungan profesional, tentu harus punya pencegah untuk menghindari hal tersebut. Jangan "digebyah uyah podho asine" alias disama ratakan. Saya yang (gak nyombong sih) yang orang TI rasanya gak pas melihat kondisi ini. Yah terpaksa...turuti menulis berlembar-lembar dengan tangan. Mulai neyusun proposal PTK hingga membuat perangkat mengajar dengan lampiran instrumennya. Sampai...jempol dan telunjuk mlentung alias bengkak karena kebanyakan menulis dengan tangan (menulis ya dengan tangan..masak dengan kaki. heheheee.....). Bermanfaatkah? Yah...ambil hikmahnya. Paling tidak...guru harus pintar menulis. Sebagai konseptor dan pendesain, tangan harus lincah. Itu hikmahnya.
  5. Makan berjamaah rasanya mengalahkan kegiatan sholat berjama'ah....apa iya? Saya yang menginap di Yabina ngrasa begitu. Makan nunggu di pencet bel...baru boleh makan. Menunya....Heheheheee....menu kerakyatan. Alhasil...siang lemas dan banyak yang sakit perut. Ditambah dengan donor tiap malam (Nyamuknya banyak Pak/Bu!).
  6. Peerteaching akrab juga micro teaching. Wah...biasa dong kan Guru. Hehehe...tunggu dulu? Banyak yang keringat dingin, pressing mental. Dan....wah...Bu...jangan kencing di kelas!....Hahaha....(Bener ada kok!). Oalah...Pak/Bu...ngapain gugup....kita guru Pak/Bu...!!!
Dan serangkaian keganjilan lain rasanya cukuplah membuat kita berkesimpulan: kita memang tidak profesional dan belum menampakkan mutu. Wajar pendidikan kita semakin merosot. Mentalitas anak-anak juga turun. Dengan penerapan pendidikan berkarakter macam apapun, kalau kita tidak memiliki karakter yang bagus sebagai pendidik rasanya sia-sia upaya pemerintah memberikan tunjangan 1x gaji pada guru (jangan dianggap ketinggian ya). Its real! Semoga PLPG hingga tahap terakhir membawa dampak positif yang signifikan bagi peningkatan mutu profesionalitas dan mutu personalitas guru (kita). Amin.
Tulisan ini tergesa-gesa, karena sebentar lagi penulis akan menyiapkan media dan lainnya untuk kegiatan peerteaching esok pagi! Selamat menyongsong tahap 2 dan seterusnya...!!! Semoga semua berhasil tanpa cacat dan cela. Amin!
-------------------------------
Baca tip-trik PLPG disini
-------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Coment-nya: