SMP Negeri 1 Grujugan, Sekolah Model dan Adiwiyata yang sejak 2013 melaksanakan kurikulum 2013. Dan kini juga melaksanakan kurikulum merdeka. Sekolah ini terletak di Jalan Bondowoso-Jember, Km. 8, Desa Taman, Kec. Grujugan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur 68261. Lokasi ini cukup strategis terletak di pinggir jalan raya Bondowoso-Jember sehingga memudahkan tranportasi bagi pejalan kaki, kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum dan mudah diakses atau dikenali oleh masyarakat Bondowoso dan lingkungan sekitarnya.

21 Oktober 2011

Artikel Penelitian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN  PBL
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VII  SMP
DALAM MENEMUKAN CARA PENEGAKKAN HAM


Tukono

Abstrac: The purpose of this study to enhance students' skills in finding ways enforcement of Human Rights (Human Rights), proving the learning model Problem Based Learning (PBL) can be applied according to the material characteristics of Civics and PBL model when applied to such material can improve student achievement. Research conducted at SMPN 1 Grujugan in Class VII student in the school 30 students are motivated by the difficulty in finding ways to uphold Human Rights. Research and walk as much as 2 cycles showed that problem-based learning can enhance students' skills in finding ways to enforce the Human Rights (Human Rights), the results of this study also proves that the model PBL according to the characteristics of the material and can improve student achievement.

Keywords: Implementation, Problem Based Learning, HAM.


Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa. hal ini jelas terlihat di setiap Standar Kompetensi, contohnya SK: 3. Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakkan Hak Azasi Manusia (HAM) dan khususnya KD 3.2:  Mendeskripsikan kasus pelanggaran dan upaya penegakkan HAM. Kompetensi dasar tersebut dirangkaikan dengan pembahasan HAM pada KD-KD berikutnya nampak sisi sosio-kultural dalam pembelaan hak asasi manusia. Dengan bobot dan karakteristik materi seperti itu, penyajian proses belajar mengajar masih disajikan secara konvensional. Sehingga siswa tidak memperoleh pemahaman yang jelas untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Untuk itu perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Mampu mengkomunikasikan siswa dengan dunia empiris/nyata (provide relevant and contextualized subject matter). Strategi yang cocok berdasarkan kajian pustaka dan kajian model pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang berlandaskan pada teori kolaborativisme (kolaborasi) dengan strategi pembelajaran CTL (Contekstual Teaching and Learning). Model yang cocok dengan teori dan strategi tersebut salah satunya adalah Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL).
Dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning diharapkan anak dapat memecahkan berbagai permasalahan berkenaan dengan konteks materi dengan dunia nyata. Kaitannya dengan materi Hak Asasi Manusia yang syarat dengan situasional kontekstual, siswa dapat menemukan cara-cara menegakkan HAM yang menjadi permasalahan crucial selama ini. Disamping itu karakteristik materi ini sangat cocok dengan model PBL serta mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berhasilnya penerapan model ini, akan memberikan manfaat yang besar bagi berbagai pihak, antara lain bagi sekolah akan membuahkan keberhasilan proses pendidikan, bagi guru akan menambah iklim inovasi dalam proses belajar mengajarnya. Dan bagi anak sendiri akan merasakan situasi yang menyenangkan selama mengikuti proses belajar mengajar sebagaimana konse PAIKEM yang selama ini sedang dianjurkan oleh institusi pendidikan, situasi belajar mengajar yang menyenangkan akan meningkatkan prestasi siswa.
Menurut Sulistio (2008) Problem Based learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) merupakan pembelajaran terpusat melalui masalah-masalah yang relevan. Terpusat karena berisi scenario, tema, unit yang menempatkan kembali pada pembelajaran yang di inginkan. Tujuan dalam proses pembelajaran ini membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah, menguraikan masalah dan merevisinya. Sedangkan Sudarman (2007) mengatakan. Problem  Based  Learning  atau  pembelajaran berbasis  masalah  adalah  suatu  pendekatan  pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu  konteks bagi  peserta  didik  untuk  belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk  memperoleh pengetahuan  dan  konsep  yang  esensial  dari  materi pelajaran.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena, mencatat permasalahan yang muncul, tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada, mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda dari beberapa siswa.

METODE
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning membawa perubahan yang positif terhadap siswa SMP Negeri 1 Grujugan-Bondowoso. Penelitian tersebut dilaksanakan 2 siklus dengan rentangan waktu 1.5 bulan telah memberikan warna yang berbeda terhadap dampak aktifitas dan hasil belajar siswa. Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas seta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil. Teknik pengumpulan data yang dipakai berbentuk : soal tes, observasi, catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan. Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang berikutnya ditafsirkan secara kualitatif untuk mendapatkan kesimpulan yang diinginkan.

HASIL
Dari dua (2) siklus yang direncanakan, pada siklus ke-1 yang terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi didapatkan 67,30% siswa menunjukkan aktifitas yang relevan dengan pembelajaran. Dengan menetapkan kriteria indikator 75% keberhasilan, maka angka tersebut belum menunjukkan harapan sesuai dengan hipotesis tindakan yang ditetapkan. Maka perlu dilakukan siklus ke-2. Dengan tahapan yang sama setelah diadakan refleksi dengan sejawat dengan seksama dengan meningkatkan persiapan pembelajaran yang matang pada siklus ke-2 didapatkan 85.7% siswa menunjukkan aktifitas yang relevan dengan pembelajaran, kenaikan yang drastis dan relevan. Demikian juga perbandingan siswa yang menunjukkan aktifitas kurang relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan 9.90%, dengan demikian tidak perlu mengulang siklus. Karena sudah melampau indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu 75%.

PROBLEM BASED LEARNING
Hasil 2 siklus penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning menunjukkan relevansi tinggi terhadap kemampuan siswa dalam mencari cara-cara penegakkan HAM di Indonesia sesuai dengan KD yang ditetapkan. Dengan sajian soal-soal berbasis masalah, siswa antusias mengikuti proses pembelajaran. Mereka memiliki motivasi yang tinggi sebagaimana dibuktikan dengan angka keterlibatan yang meningkat. Hal ini juga dipengaruhi karakteristik materi HAM yang memang penuh permasalahan, jika disampaikan dengan model pembelajaran konvensional tidak akan membawa hasil yang signifikan. Dampak lainnya adalah, dengan terjadinya motivasi yang tinggi mengikuti proses belajar mengajar, prestasi siswa meningkat. Model pembelajaran Problem Based Learning telah membawa perubahan pada hasil proses belajar mengajar secara keseluruhan. Sebagaimana yang dikatakan Sudarman (2007) bahwa Problem  Based  Learning  telah mendekatkan dunia nyata sebagai suatu  konteks bagi  peserta  didik  untuk  belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah. Siswa telah  memperoleh pengetahuan  dan  konsep  yang  esensial  dari  materi pelajaran yang sajikan. Hal ini terlihat ketika siklus ke-2  tentang Kasus-Kasus Pelanggaran HAM Di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat, terlihat para siswa sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan argumentasi.

PAIKEM DALAM PROBLEM BASED LEARNING
Pada proses pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning nampak, guru bagi siswa bukanlah  sosok yang menakutkan tetapi sebagai perantara dan teman untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep pembelajaran PAKEM.
Penerapan model pembelajaran problem based learning guru bertugas mengarahkan strategi yang efektif dan efisien menciptakan motto “belajar bagaimana cara belajar”. Melalui metode ini siswa dapat berkembang dan bereksplorasi dalam mengkaji setiap persoalan yang menyangkut pelanggaran dan penegakkan HAM sebagaimana hasil penelitian yang didapat.
Sudah saatnya meninggalkan model pembelajaran konvensional, agar siswa mampu mengeksplorasi kemampuannya dalam suasana kontekstual yang menyenangkan dan penuh gairah. Jika kita memilih model pembelajaran yang tepat dan disesuaikan dengan karakteristik materi, tidak hanya berdampak pada hasil belajar siswa saja, melainkan pemahaman terhadap materi yang disajikan oleh guru semakin komplit dan bermakna.

PENUTUP
Karena itu guru seharusnya tidak henti-hentinya mengadakan penelitian tindakan kelas untuk menemukan strategi dan model yang inovatif dalam pembelajaran, disamping membawa manfaat pada siswa, juga akan semakin meningkatkan gairah belajar-mengajar yang ada.
Guru harus bisa membiasakan siswa untuk belajar kelompok dalam menyelesaikan masalah atau tugas tertentu bagi keberhasilan belajarnya.  Siswa perlu dilatih untuk berani mengemukakan pendapat di depan teman-temannya,  dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat/idenya.

DAFTAR RUJUKAN

Sulistio,  Faizin, 2008, Problem Based Learning Dan Alternatif Pembelajaran Problem Based Learning dalam, Makalah disajikan dalam Workshop on teaching Grant-TPSDP LP3 Unibraw, 25-26 Januari 2006.
Sudarman, 2007, Problem Based Learning, Suatu Metode Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, Samarinda, Jurnal Pendidikan Inovatif Vol 2 No. 2. Universitas Samarinda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Coment-nya: